Rangkaian Pesta Wirausaha TDA (Tangan Di Atas) 2012 di Gedung Smesco
Jakarta kemarin ditutup dengan manis. Setelah dua hari penuh panggung
seminar diisi dengan motivasi, teori, strategi bisnis, dan sejenisnya,
penutupan yang menyentuh emosional disuguhkan dengan indah oleh Ustadz
Yusuf Mansur.
Betul bisnis butuh teori, strategi, planning, dan lain-lain. Tapi ada
masa dimana semua teori-teori tersebut tidak ampuh. Saat dimana semua
strategi dirasa tumpul. Ketika beban berat harus dipikul. Ketika
tantangan besar harus dilewati. Ketika segala cara telah diupayakan. Dan
ketika kita merasa sudah tidak kuasa untuk melakukan apa pun. Hanya
satu kuncinya, jelas Ustadz Yusman, serahkan segalanya kepada Allah SWT.
Hanya satu. Cukup hanya Allah saja. Dia akan memberi jawaban semua
masalah kita. Mengangkat semua beban kita.
Petuah Ustadz Yusman ini mirip sekali dengan dialog dalam film Di Bawah Lindungan Kabah
yang pernah saya kisahkan waktu itu. Saat si tokoh utama Hamid dimusuhi
oleh seluruh warga kampungnya dan diusir dari desanya, sang ibunda
Hamid berkata kepadanya “Ketika kamu tidak punya siapa-siapa selain
Allah, ingat lah bahwa sebenarnya Allah itu lebih dari cukup.”
Sambil mendengarkan uraian Ustadz Yusman, kenangan menerawang ke
saat-saat awal membangun usaha sekitar 2.5 tahun yang lalu. Ketika saya
terjebak kredit macet karena beberapa usaha yang kami buka dengan modal
pinjaman dari KTA (kredit tanpa agunan), tidak profit dan akhirnya kami
tutup. Masa-masa yang traumatik untuk saya dan istri, karena untuk
pertama kalinya (semoga untuk yang terakhir kalinya juga) berurusan
dengan debt-collector.
Saya ingat sekali saat itu Idul Fitri, di rumah ibu saya, saya terima
telfon dari teman fotografer di Jogja yang mengabarkan deal membeli
lensa saya. Lensa tele kesayangan saya. Ya, terpaksa saya jual untuk
membayar cicilan KTA yang benar-benar mencekik saat itu. Di hari yang
harusnya kita semua berbahagia, hati saya hancur. Tidak hanya karena
harus berpisah dengan lensa kesayangan saya, tapi juga karena memikirkan
apa lagi yang harus saya jual untuk menutupi hutang-hutang KTA
tersebut.
Itu lah masa-masa di mana saya tengah malam berdoa, berpasrah diri,
menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Ya, tidak ada lagi yang
bisa saya lakukan selain berserah diri. Saat sekitar sunyi sepi. Saat
istri dan anak-anak sudah terlelap. Di tengah ketenangan dan kesendirian
seperti itu lah, kita makin menyadari, bahwa cuma hanya Allah yang bisa
menolong kita. Saat-saat seperti itu, airmata tidak malu-malu untuk
keluar mengalir.
Di kursi Pesta Wirausaha kemarin, kilasan kenangan pahit itu muncul kembali. Airmata syukur mengaliri pipi. Karena Allah lah kami bisa melewati masa-masa sulit tersebut.
La hawla wa la quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan selain Allah.
Posting Komentar
[ Dofollow Blog ]
Hargai penulis dengan cara memberikan komentar di artikel ini ya sobat.
Dan berkomentarlah dengan kata-kata yang sopan.
Thanks